Foto hanya ilustrasi

Banjarmasin - Nabi Adam AS merupakan manusia pertama yang diciptakan Allah. Adam diciptakan untuk menjadi khalifah atau pemimpin di muka bumi. Ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari kisah Nabi Adam AS.

Suatu ketika, Allah SWT memberitakan kepada para malaikat bahwa Ia akan menciptakan makhluk dari bangsa manusia. Makhluk ini diciptakan dari tanah di Bumi yang nantinya juga akan menjadi khilafah di Bumi. Kisah ini terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 30.

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada pada malaikat, 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi'," terjemahan surat Al-Baqarah ayat 30.
Allah pun memerintahkan para malaikat untuk mengambil tanah di muka Bumi. Malaikat Izrail berhasil menjalankan tugas dari Allah untuk mengambil sari pati tanah di Bumi.

Allah lalu menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Manusia diberi akal, tubuh, dan jiwa. Allah melengkapi ciptaan itu dengan meniupkan ruh Nabi Adam.
"Saat ruh di mulut, Adam bersin sambil mengucapkan 'Alhamdulillah' segala puji bagi Allah. Itulah ucapan pertama dari seorang Adam, manusia pertama di Saga. Allah menyambut ucapan Adam dengan menjawab 'Yarhamukallah', Rahmat Allah atasmu," dikutip dari buku The Prophets: Kisah Hikmah 25 Nabi Allah karya Nian Noviyanti.

Allah melengkapi Nabi Adam dengan ilmu pengetahuan. Para malaikat pun diminta untuk bersujud sebagai bentuk penghormatan pada Adam. Saat semua malaikat bersujud, ada makhluk berupa iblis dari bangsa jin yang menolak untuk bersujud.

Iblis menolak untuk bersujud karena merasa lebih baik dari manusia karena diciptakan dari api. Mendengar jawaban itu, Allah lalu mengutuk iblis dan mengusir mereka dari surga.

Nabi Adam pun berdiam dan hidup di surga selama beberapa waktu. Suatu ketika Adam merasa kesepian dan Allah pun menciptakan Hawa untuk menemani Adam.

Adam pun menikahi Hawa dan mengizinkan mereka berdua tinggal di surga dengan syarat tidak mendekati pohon khuldi.

Bertahun-tahun Adam dan Hawa mematuhi aturan itu hingga setan perlahan terus mencoba merayu mereka dengan tipu daya.

Tipu daya berhasil, Nabi Adam lalu memetik buah pohon tersebut dan memakannya bersama Hawa.

Namun, setelah itu Adam dan Hawa langsung dihinggapi rasa bersalah dan aurat mereka tiba-tiba terbuka.

Karena melanggar perintah itu, Allah SWT lalu memerintahkan Adam dan Hawa turun ke Bumi. Adam dan Hawa diturunkan di tempat yang berbeda. Selama 40 tahun mereka saling mencari dan bertemu di Padang Arafah atau Jabal Rahmah, bukit yang penuh kasih sayang.

Saat turun di Bumi, Adam meratapi kesalahannya. Adam dan Hawa memohon ampun kepada Allah dengan bertobat.

Bumi yang berbeda dibandingkan surga membuat Adam dan Hawa banyak belajar dari berbagai tantangan dan kesulitan. Mulai dari bercocok tanam, beternak, dan melindungi tubuh dari berbagai cuaca.

Adam dan Hawa juga membangun keluarga di Bumi dengan melahirkan hingga 40 anak. "Banyak riwayat yang menyebutkan anak-anak Nabi Adam dan Hawa dilahirkan secara kembar," dikutip dari Nabi Adam AS: Manusia dan Nabi Pertama di Bumi oleh Abu M Bintang dan Tim Divaro.

Sebagai khalifah di Bumi, Adam juga diangkat sebagai Nabi dan Rasul yang bertugas berdakwah di Bumi. Adam menyampaikan dakwah kepada istri dan anak-anaknya mengenai ajaran keimanan kepada Allah SWT.

Nabi Adam juga menghadapi persoalan antara anaknya, Qabil, yang membunuh Habil. Adam sangat murka terhadap Qabil.

Allah lalu mengaruniai Nabi Adam dengan anak laki-laki yang tidak memiliki saudara kembar, yang diberi nama Syits. Syits merupakan anak yang cerdas dan berakhlak baik. Keturunan Syits kelak melahirkan Idris.

Nabi Adam lalu jatuh sakit saat berusia 960 tahun dan berwasiat kepada Syits untuk meneruskan dakwah. Malaikat lalu mencabut nyawa Adam, memandikannya, mengafani, menyalatkan, dan menguburkannya.

Dari kisah Nabi Adam AS ini terdapat sejumlah hikmah yang bisa diambil. Sebagai manusia, sudah selayaknya kita memahami bahwa iblis adalah musuh yang akan terus menggoda hingga membuat manusia sesat. Tugas manusia adalah melawan godaan setan dan beribadah kepada Allah SWT. Allah juga selalu menerima tobat setiap hambanya yang bersungguh-sungguh. (***)